Ibu,
ingin kusajakkan senyummu,
seraya kupilih dan kupilah ribuan kata,
tetapi tak jua bisa kurangkai kalimat,
yang paling senonoh untukmu.
Biarlah puisi untukmu tetap kupingit di hati,
jika berkenan,
baca saja rangkaian prosa pada raut wajahku,
karena aku tak pernah memakai cadar dihadapanmu,
tangisku adalah tangisku dan tawaku adalah tawaku.
Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku,
tanpa ada yang mengajari,
tanpa pula referensi,
dan karenamu juga aku bisa mengenal rindu,
yang kuyakini hingga riwayatku ditelan bumi.
Ibu,
aku tahu kita mencintai kesahajaan,
kita membenci kemunafikan,
maka untuk apa kututup rapat aurat tabiatku,
jika hanya untuk menyenangkanmu.
Membacanya, lagi-lagi kangenku menghentak kepada ibuku tercinta di Jombang sana….
kalau kangen pulang kang…. temuin ibu hehe
Salam kenal mas..
Kunjungan pertama, kala kesahajaan di pangku kerinduan.
Salam.. 🙂
salam kenal juga kang..
terima kasih kunjungannya…
nice…
terima kasih mba astrid…….. 🙂
Puisinya bagus and nyentuh bgt..
terima kasih andi…
udah lamaaaaaaaaaa
gak berkunjung kesini…
mas gurit apa kabar???
maaf mas, komen anda larinya ke spam…
alhamdulillah kabarku baik2 aja.
terima kasih dah mampir ke sini
sama-sama Mas…
merinding ..
pemilihan kata yg baik . .
terima kasih mas dias… 🙂
kalo sudi mampir yah 🙂
ok mas dias… siapin kopi aja… 🙂
Have a good day yah …
terima kasih sis..
terimakasih atas informasinya
sama2 bang ….
mkasi banyak atas puisinya sobat…
sangat indah..
terima kasih juga bang,,,
Thanks atas puisinya..
indah bngett…
terima kasih jg wulan..
Ibu bidadari nyata yang ada di dunia ini…
Ibu sumber inspirasi kita semua
terima kasih Ulala
Puisinya menyentuh hatiku
terima kasih mas apdul
Kenapa ya?…membaca puisi serasa jujur pada diri sendiri
Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku,
tanpa ada yang mengajari,
tanpa pula referensi,
dan karenamu juga aku bisa mengenal rindu,
yang kuyakini hingga riwayatku ditelan bumi.
Bagus banget, good son…hehew
wah…kedatangan tamu kompasianer nih…
terima kasih mbak Alya dah mampir sini 🙂
Aku ingin pulang kepada hati yg kucintai
tapi aku harus menunggu,
di setiap heningku tak pernah lelah kau menemaniku
walau itu hanya bayang-bayang senyummu yg bila kusentuh senyum itu pergi
Di setiap matahari pergi, s’lalu saja terlihat saat kau berpaling dan berjalan meninggalkanku
aku ingin bertahan untuk orang yang kucintai
karena kupikir tak mungkin hanya sebatas ini cintaku
PUISI LAGU TENGAH MALAM | Puisi Kenangan Pantai Sanur Bali | Puisi Musim Gugur Di Hongkong | Puisi Meditasi Kesehatan | Puisi Perjuangan Anak Desa | Puisi 10 Partai Peserta Pemilu 2014
Kunikmati kesepian-kesepian ini
dengan nada, dengan mimpi, juga dengan kenanganmu
biar saja rindu ini hidup di dasar hati
menunggu sampai waktu yang panjang menegurnya
sampai ia menemui apa yang ia inginkan, apa yang ia rindu
Telah kubingkai namamu, lihatlah sangat indah di dalam hati
dan perpisahan ini tak mampu merusaknya sama sekali
suatu hari nanti jika kita bersatu lagi, kan kubacakan puisi ini untukmu
dan jika tidak, kan kubacakan sajak ini pada matahari di senja hari, atau pada bulan yang s’lalu menanti …
ini hanya sekedar lukisan hatiku saat ini, dan entah seperti apa di suatu hari
Puisi Kecap Bango | Puisi Bidadari Linglung | Puisi Pahlawan Malam Bingung | Puisi Islami Mi’raj | Puisi Sepi Sendiri | Puisi Nasehat Telat Tobat | Puisi Islami BAITUL MAKDIS, PADA MALAM ISRA | Puisi Ucapan Terima Kasih | Bila didekatmu dengan berbisik, akan saya bilang; | Puisi Tentang Langit Di Mana | Puisi Madura Dan Kenangan | Puisi Ibu Belikan Aku Baju Anak | Puisi Ibu Ayah Anak Nenek Kakek | Puisi Hancurnya Partai Partai | Puisi Pendekar Rakyat | Puisi Cinta Dan Pujian Untuk Sahabat | PUISI JENAKA | Puisi Malam Minggu Kelabu | Terbang Tinggi Seperti Air Bergerak
mantab
Puluhan kali aku baca. Tapi tak pernah bosan. Puisi yg indah
baca juga puisisederhana.blogspot.com